
Annisa Teliti Potensi Cendawan Rhizosfer sebagai Agen Pengendali Hayati pada Tanaman Kakao
Humas Faperta Unisa Palu – Annisa, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat (UNISA) Palu, telah melakukan penelitian mendalam mengenai potensi cendawan rhizosfer sebagai agen pengendali hayati pada tanaman kakao. Penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari skripsi Strata Satu (S1) yang berjudul “Potensi Cendawan Rhizosfer pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) sebagai Agens Hayati”.
Annisa telah menjalani ujian skripsi pada Rabu, 22 Januari 2025, di Ruang Dr. Aris Aksarah Pas, M.P. Ujian ini dihadiri oleh tim penguji yang terdiri dari para ahli di bidang pertanian, antara lain Dr. Arfan, S.P., M.Sc., Idris, S.P., M.P., Dr. Jumardin, S.P., M.Si., Dr. Lisa Indriani B, S.P., M.P., Dr. Ir. Ratnawati, M.P., dan Dr. Sayani, S.P., M.Si.
Penelitian ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing, yaitu Dr. Ir. Ratnawati, M.P. dan Dr. Sayani, S.P., M.Si. Keduanya telah memberikan kontribusi besar dalam memberikan masukan, bimbingan metodologi, dan motivasi kepada Annisa selama proses penelitian hingga penulisan skripsi
Penelitian yang dilakukan oleh Annisa dari bulan Mei hingga Juli 2024 ini mengungkap potensi besar cendawan rhizosfer sebagai agen biokontrol terhadap patogen Phytophthora palmivora, penyebab utama penyakit busuk buah pada tanaman kakao. Sampel diambil dari lahan perkebunan kakao di Desa Petimbe, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dengan menggunakan metode diagonal sampling.
Dalam penelitian ini, Annisa menggunakan dua jenis media, yaitu PDA (Potato Dextrose Agar) dan jus V8, untuk isolasi dan perbanyakan cendawan. Hasilnya menunjukkan bahwa dari delapan isolat cendawan rhizosfer yang diperoleh, beberapa di antaranya memiliki potensi sebagai agen antagonis terhadap P. palmivora. Isolat Penicillium sp. (AO 10) menunjukkan hasil paling signifikan, dengan daya hambat tertinggi sebesar 78,46% dalam uji dual kultur. Isolat lainnya, yaitu Trichoderma mf 2 (AO 1) dan Aspergillus mf 2 (AO 12), masing-masing menunjukkan daya hambat sebesar 74,40% dan 74,31%.
Selain uji dual kultur, penelitian ini juga menguji senyawa volatil yang dihasilkan oleh cendawan rhizosfer, yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan patogen. Penicillium sp. kembali menunjukkan hasil unggul dengan persentase penghambatan sebesar 9,22%.
Penemuan ini membuka peluang besar dalam pengembangan metode pengendalian hayati yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi petani kakao. Penggunaan cendawan rhizosfer sebagai agen biokontrol dapat menjadi alternatif yang lebih aman dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia, yang dapat merusak lingkungan dan meningkatkan resistensi patogen.
Penelitian ini juga berpotensi mendukung upaya peningkatan produksi kakao nasional dengan mengurangi kerugian akibat serangan P. palmivora. Universitas Alkhairaat Palu berharap penelitian ini dapat menginspirasi penelitian lanjutan untuk mengoptimalkan pemanfaatan isolat cendawan rhizosfer dalam skala lapangan.SM